Balai Taman Nasional Alas Purwo (BTNAP) menggelar Alas Purwo Wildlife Camp (APWC) 2024. Kegiatan yang dikemas dalam kemah konservasi ini diselenggarakan di Camping Ground Jatipapak, Resort Kucur TNAP. APWC berlangsung selama tiga hari 25 – 27 Juni 2024 dan diisi dengan bermacam kegiatan seperti sharing session, eksplorasi keanekaragaman hayati (kehati) melalui fotografi, serta lomba fotojurnalisme on the spot. APWC 2024 diikuti oleh peserta dari dan luar Banyuwangi termasuk Semarang, Yogyakarta, Jakarta hingga Lombok.
Kepala BTNAP, Novita Kusuma Wardani, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan APWC 2024 memperkenalkan potensi keindahan alam dan keanekaragaman hayati TN Alas Purwo terutama wildlife atau hidupan liarnya. “Dengan tema menilik hidupan liar melalui tangkapan digital ini kita kan mengikuti perkembangan zaman dengan digitalisasi, kemudian informasi bisa tersebar lebih luas. Maka harapannya pesan-pesan konservasi keanekaragaman hayati bisa dapat diterima publik untuk selanjutnya menumbuhkan kecintaan terhadap kekayaan alam Indonesia,” lanjutnya.
APWC 2024 menghadirkan narasumber berpengalaman di bidangnya pada sharing session. Sesi pertama, peserta diajak oleh Abdillah Baraas, Badan Pengelola Geopark Ijen, untuk “menyelam di laut dangkal tanpa basah”. TN Alas Purwo merupakan bentang karst yang berasal dari pengangkatan dasar laut. Keunikan karakteristik karst tersebut mendukung keanekaragaman hayati di kawasan ini. Selanjutnya, diperlukan upaya-upaya untuk menjaga dan melestarikan kehati yang ada. Salah satunya melalui monitoring satwa liar. Wahyu Murdyatmaka, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BTNAP, menyampaikan upaya monitoring satwa liar yang memanfaatkan teknologi digital yaitu kamera jebak. Metode ini sangat membantu mengingat kondisi kawasan yang luas dan akses terbatas serta karakter satwa liar itu sendiri.
Riza Marlon, wildlife photographer, menjadi sorotan utama dalam APWC 2024. Bang Caca, sapaan akrabnya, berbagi motivasi bagi peserta yang ingin menekuni bidang ini. Selain itu dalam praktek fotografi, Bang Caca juga berbagi tip dalam mengoptimalkan gawai yang dimiliki.
Hari kedua APWC 2024 diawali dengan birdwatching dan tracking. Peserta diajak mengenal anggrek dan keanekaragaman burung di habitat alaminya. Swiss Winasis dari Birdpacker dan Toni Artaka dari Balai Besar TN Bromo Tengger Semeru sependapat bahwa konservasi burung dan anggrek di habitat alaminya (in situ), perlu melibatkan masyarakat termasuk citizen science.
Menelisik alam liar melalui tangkapan digital tidak sekedar mengabadikan keindahannya, namun juga bagaimana agar pesan-pesan konservasi sampai ke masyarakat luas. Sebagai jurnalis, Prasto Wardoyo menuturkan bahwa sampai dengan saat ini peminat berita tentang konservasi masih lebih sedikit dibandingkan berita lainnya. Tugas kita sebagai pemerhati dan penggiat lingkungan adalah menyampaikan informasi konservasi dalam bentuk yang lebih menarik.
Dan untuk tugas tersebut, peserta diajak berlatih menyusun informasi tentang konservasi melalui lomba fotojurnalisme on the spot.
Mengusung semangat harmoni bersama alam, APWC 2024 juga dimeriahkan dengan performance dari Art Banyuwangi sekaligus sebagai wujud sinergi penyampaian pesan-pesan konservasi melalui seni dan budaya.
Alas Purwo Wildlife Camp,
Lestari Alam Indonesia!