AYO DUKUNG PEMERINTAH KURANGI PENGGUNAAN PLASTIK

Siapa yang tidak kenal plastik, hampir setiap hari kita menggunakan barang yang terbuat dari plastik, mulai dari pembungkus makanan hingga barang meubelair. Plastik, barang yang akrab dalam keseharian kita ternyata menimbulkan masalah karena sampahnya sulit terurai sehingga menjadi pencemar utama lingkungan terutama lautan. Hal tersebut mendorong para peserta konferensi Our Ocean ke-5 di Bali pada akhir Oktober 2018 menyuarakan untuk mengurangi produksi plastik.

Komitmen untuk mengurangi penggunaan plastik di Indonesia dilakukan sebelum konferensi Our Ocean ke-5. Pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah Plastik di Laut  tahun 2017-2025 dan telah dipaparkan pada konferensi Our Ocean ke-4 di Malta. Pemerintah  mentargetkan dapat mengurangi hingga 70% sampah plastik pada tahun 2025, diantaranya melalui aksi pembersihan pantai dan sungai, pengembangan plastik ramah lingkungan, pengenaan  pajak pada plastik sekali pakai, pengembangan pilot project aspal dengan campuran plastik untuk proyek jalan nasional, pengembangan sampah untuk energi, dan memperkuat inisiatif bank sampah.

Terkait pengembangan sampah untuk energi, Pemerintah telah menerbitkan Perpres No. 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolahan sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan. Instalasi tersebut direncanakan dibangun di 12 kota besar di Indonesia, salah satunya di TPA Bantar Gebang dengan kapasitas 50 ton per hari dan daya 400 kw per hari.

Upaya lain yang dilakukan Pemerintah untuk mengurangi sampah plastik adalah melalui kegiatan sosialisasi. Contohnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya secara aktif mengajak masyarakat untuk memerangi sampah plastik dalam setiap kunjungannya ke berbagai daerah. Hal yang sama pun dilakukan Ibu Iriana Jokowi dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla serta sejumlah istri Menteri Kabinet Kerja yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (Oase) dalam kunjungannya ke Banyuwangi pada tgl 28 Januari 2019 kemarin.

Menurut data yang dikeluarkan UNEP (United Nations Environment Programme) dan sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal Science pada tahun 2015, Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia yaitu sebesar 187,2 juta ton setelah China yang mencapai 262,9 juta ton. Padahal selain sulit terurai, banyak penelitian menyatakan bahwa sampah plastik berbahaya bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Hasil penelitian Seung-Kyu Kim, Profesor di Universitas Incheon dan Greenpeace Asia Timur pada tahun 2018 menyatakan lebih dari 90% merek garam (39 merk) yang berasal dari 21 negara di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Afrika, serta Asia ditemukan mengandung mikroplastik. Jumlah mikroplastik tertinggi berasal dari sampel garam yang bersumber dari Asia termasuk Indonesia. Artinya di dalam tubuh manusia sudah terkandung mikroplastik.

Keberadaan mikroplastik di dalam tubuh manusia dibuktikan dengan Penelitian Jill Neimark pada tahun 2018 berjudul “Microplastics Are Turning Up Everywhere, Even In Human Excrement”.  Jill Neimark berhasil menemukan mikroplastik di dalam sampel kotoran manusia dari beberapa bagian dunia (Finlandia, Italia, Jepang, Belanda, Polandia, Rusia, Inggris dan Austria).

Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS, mikroplastik adalah bagian atau potongan dari plastik yang berukuran kurang dari 5 mm. Mikroplastik bisa berasal dari kosmetik, pembersih wajah, pasta gigi yang memiliki mekanisme sebagai pembersih atau berasal dari plastik berukuran besar yang terdegradasi menjadi serpihan – serpihan kecil.

Karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia tanpa disadari. Seorang ahli ekologi dari Universitas Toronto, Chelsea Rochman mengatakan bahwa apa pun yang lebih kecil dari 150 mikron, dan terutama yang lebih kecil dari 50 mikron, dapat bermigrasi melalui dinding usus dan masuk ke sel-sel darah dan organ tubuh kita. Lebih lanjut, Dr. Herbert Tilg, Presiden dari Austrian Society of Gastroenterology menyatakan bahwa ada kemungkinan mikroplastik memiliki kontribusi terhadap terjadinya sindrom radang usus atau bahkan kanker usus besar pada manusia.

Bahaya lainnya menurut Meikasari (2017), plastik dapat melepas beberapa bahan kimia seperti PCB’s, nonyphelols, bisphenol A, mapun phthalates. Plastik juga dapat menyerap beberapa polutan seperti PCB, DDT, dan DDE. Semua bahan tersebut merupakan bahan yang berbahaya bagi organisme perairan maupun manusia.

Selanjutnya, mikroplastik berpotensi mencemari rantai makanan serta merusak ekosistem/habitat. Lembaga Ocean Conservacy menemukan bahwa 28% ikan di Indonesia mengandung plastik.

Sampah plastik juga ternyata berbahaya jika dibakar bersama sisa makanan, karena  akan memproduksi dioksin dan furan yang dapat menyebabkan kematian walaupun dalam konsentrasi kecil. Zat dioksin apabila dihirup manusia dalam waktu singkat akan menimbulkan reaksi batuk, sesak napas, dan pusing, sedangkan jika dihirup dalam jangka panjang diketahui bisa memicu kanker. Bahaya lain dari pembakaran sampah adalah dapat menghasilkan karbondioksida yang menipiskan lapisan ozon.

Sampah plastik menjadi tidak berbahaya jika dibakar secara stabil pada suhu 1.000 derajat celcius dengan menggunakan mesin incinerator. Namun, mesin incinerator ini sulit dimiliki untuk skala rumah tangga. Oleh sebab itu, mengingat besarnya bahaya plastik, Alas Purwo sebagai sebagai salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengajak seluruh sahabat konservasi untuk mengurangi penggunaan plastik. Pengurangan penggunaan plastik bisa dimulai dengan membiasakan diri membawa kotak makan, botol air minum, dan tas belanja sendiri.

Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat konservasi yang secara aktif melakukan aksi bersih di area pantai dan area lainnya di kawasan Alas Purwo. Semoga ke depan, lingkungan kita bisa terbebas dari sampah plastik, dan generasi mendatang dapat turut menikmati lingkungan yang sehat dan indah.

#KLHK#Taman Nasional Alas Purwo#Bikin Indonesia Maju

Penulis: Vera Tisnawati-Staf Balai TN Alas Purwo
Editor  : Muhamad Wahyudi-Kepala Subbagian TU Balai TN Alas Purwo

Share this post