Konservasi Lahan Eks Tambak, Alas Purwo Dukung Masyarakat Tegalpare Kembangkan Panorama Kili-Kili

Tegalpare, Desa Wringinputih. Masyarakat Tegalpare melalui Kelompok Masyarakat Pengawas Bangkit Remaja Tegalpare (Pokmaswas Baret) mengembangkan ekowisata mangrove di Kili-Kili, Teluk Pangpang. Pokmaswas Baret ini terbentuk pada bulan April 2017, sedangkan ekowisata mangrove ini diresmikan pada bulan Juli 2017.

Walaupun terbilang masih baru, namun jumlah pengunjung yang mendatangi lokasi ini bisa mencapai 100 orang/hari di akhir pekan. Meskipun terkadang padat pengunjung, namun lokasi ini tetap bersih dari sampah plastik. Sepanjang jalur trekking di sebelah kiri atau kanan jalur disediakan tempat pembuangan sampah. Selain itu, baik pengelola maupun para pedagang yang menjajakan dagangannya di dalam lokasi wisata pun tak bosan-bosannya mengedukasi pengunjung agar membuang sampah pada tempatnya.

Kawasan seluas 600 hektar ini dipenuhi oleh berbagai jenis burung, terutama jenis kuntul. Jenis tersebut terlihat paling dominan dan bersarang pada pohon mangrove di sepanjang jalur trekking, sehingga bagi pengunjung yang enggan terkena kotoran burung, sebaiknya memakai topi.

Demi kenyamanan pengunjung, sepanjang jalur trekking, dilengkapi dengan papan informasi, shelter, menara pengawas, tempat berjualan, dan tempat selfi. Selain itu, bagi yang memiliki hobi memancing, juga disediakan spot-spot memancing beserta alat pancingnya, tetapi tidak gratis, lho.

Kawasan yang diberi nama “Panorama Kili-Kili” ini awalnya adalah kawasan tambak udang bernama Kili-Kili yang sudah lama terbengkalai. Kemudian kawasan ini secara bertahap ditanami mangrove oleh masyarakat sejak tahun 2003 hingga saat ini. Bahkan Puteri Indonesia tahun 2005 Nadine Candrawinata pun pernah berkunjung ke lokasi ini untuk menanam mangrove. Tingginya kesadaran masyarakat Tegalpare untuk mengkonservasi bekas kawasan mangrove yang rusak akibat aktivitas pertambakan ini layak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Balai TN Alas Purwo mendukung penuh berkembangnya ekowisata mangrove Kili-Kili. Selain program pendampingan dan penguatan kapasitas kelompok, Balai TN Alas Purwo turut serta dalam pembangunan Mushola Al-Ikhlas dan toilet di lokasi wisata, akhir tahun 2017.

Pemberian nama Al-Ikhlas ini ternyata mengandung makna yang lekat dengan upaya konservasi. Menurut Ibu Noviyani, Kepala SPTNW II Muncar, Balai TN Alas Purwo, Mushola tersebut  diberi nama Al-Ikhlas, dengan harapan semua pihak baik masyarakat, aparat desa, maupun petugas dapat dengan ikhlas menjaga alam dan bekerja untuk kesejahteraan masyarakat.

Semoga upaya konservasi ini dapat terus berlanjut dan ditiru di tempat lain. Mengingat kawasan mangrove kaya akan manfaat. Selain dapat memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat sekitar, kawasan mangrove juga bermanfaat sebagai tempat pemijahan dan pembesaran berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan kerang.

#KLHK#Program kerja#Pemberdayaan masyarakat#Bikin Indonesia Maju

 

Penulis: Vera Tisnawati-Staf Balai TN Alas Purwo
Fotografer: Vera, Dudun dan Alan-Staf Balai TN Alas Purwo
Editor  : Muhamad Wahyudi-Kepala Subbagian TU Balai TN Alas Purwo

Share this post