Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dirjen Gakum), Dr. Rasio Ridho Sani, M.Com., MPM. melakukan kunjungan kerja selama 2 (dua) hari pada tanggal 27 s/d 29 September 2023 di Taman Nasional Alas Purwo. Beberapa lokasi yang sempat dikunjungi oleh Dirjend Gakum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diantaranya pantai Plengkung (G –land), feeding ground dan Wildlife Research Statison (WRS) Sadengan, Goa istana, Pantai Trianggulasi dan Airstrip Jatipapak, hutan Mahoni, dan hutan Mangrove. Di pantai Plengkung Dirjen Gakum LHK menyaksikan dan berdialog langsung dengan surfer (Corey dari Australia & Leray dari Amerika Serikat) terkait pendapatnya tentang G-land. Mereka berdua mengakui bahwa ombak di pantai Plengkung/ G-land merupakan salah satu ombak terbaik di dunia. Dengan konsistensi gelombang besar dan tinggi yang membentuk terowongan (barrel) air. Di pantai Trianggulasi Dirjen Gakum LHK juga berkesempatan melepasliarkan tukik (anak penyu) kembali ke laut. Tukik yang dilepasliarkan sebanyak 50 (lima puluh) ekor dari jenis Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) dan Penyu Abu-abu (Lepidochelys olivacea) .
Dalam kunjungannya Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengapresiasi kinerja Kepala Balai TN Alas Purwo yang dapat menjaga biodiversity (keanekaragam hayati) yang diciptakan dan dititipkan Tuhan Yang Maha Esa di wilayah Banyuwangi (Taman Nasional Alas Purwo). Disini terdapat ekosistem hutan hujan dataran rendah dan mangrove yang masih sangat bagus dan terjaga, juga terdapat satwa yang mulai langka dan dilindungi namun masih mudah dijumpai di Sadengan seperti Banteng (Bos javanicus), Macan Tutul (Panthera pardus melas), Rusa (Cervus timorensis), Merak hijau (Pavo muticus) dan berbagai jenis burung lainnya seperti Rangkok, Kangkareng, Elang Jawa, Jalak, cucak hijau. Kekayaan biodiversity (keanekaragam hayati) ini harus dijaga karena Tuhan Yang Maha Esa menciptakan ini tidak akan terulang. Kita mungkin sudah mengetahui bahwa dulu ada Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) di Pulau Jawa, dan sejak tahun 1970-an oleh IUCN (otoritas dunia di bidang konservasi keanekaragam hayati) dinyatakan telah punah. Dan Tuhan “tidak akan” menciptakan Harimau jawa lagi untuk kita. Ini harus kita sadari bersama-sama termasuk oleh lapisan masyarakat.
Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam kesempatan ini juga melakukan pembinaan terhadap fungsi dan tugas Polisi Kehutanan (Polhut) yang ada di wilayah Banyuwangi. Polisi Kehutanan yang hadir sebanyak 50 (lima puluh) personil yang terdiri dari Polhut Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Baluran, Balai Besar KSDA Bidang Wilayah III Jember, KPH Banyuwangi Selatan, KPH Banyuwangi Barat, dan KPH Banyuwangi Utara. Dalam sambutan awalnya Dirjen Gakum Kementerian LHK menyampaikan bahwa Banyuwangi, Taman Nasional Alas Purwo, bukan berada di ujung Pulau Jawa sebagaimana anggapan orang selama ini namun sebagai pintu awal kehidupan di Pulau Jawa. Karena hidup harus mempunyai energi untuk melakukan kehidupan dan energi terbesar hidup berasal dari matahari. Wilayah Pulau Jawa yang mendapatkan energi pertama kali adalah Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Maka tidak heran dikatakan bahwa Taman Nasional Alas Purwo merupakan hutan tertua yang ada di Pulau Jawa.
Polisi Kehutanan, sebagaimana dalam lanjutan arahan Beliau, harus memiliki 4 (empat) hal yang tertanam dalam sifat dan jiwanya, yaitu Integritas tinggi (menjaga diri dan berkomitmen tinggi untuk tidak mudah tergoda olehperilaku buruk yang dapat merusak citra Polisi kehutanan), Profesionalitas (dapat menjalankan tugas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya), Responsif (peka terhadap lingkungan pekerjaannya dan cepat merespon kejadian serta pengaduan masyarakat), dan inovatif (dapat membuat dan menciptakan hal yang baru untuk kemajuan polhut).
Untuk meningkatkan profesionalitas Polisi Kehutanan di bidang tugasnya, saat ini Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mulai membangun sarana prasarana di sentul Bogor, seluas 200 Ha, yang akan diberi nama Akademi Kepolisian Kehutanan. Di tempat ini kedepan Polisi Kehutanan baik dari Kementerian LHK, Dinas Kehutanan, dan Perum Perhutani akan digembleng dan ditingkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. Di Akademi Kepolisian Kehutanan Sentul ini, kondisinya akan dibuat dan disesuaikan semirip mungkin dengan tugas Polisi Kehutanan yang ada di lapangan/wilayah. Seperti pelatihan menembak yang tidak akan dilakukan dilapangan terbuka seperti saat ini namun dilakukan di dalam kawasan hutan yang banyak pepohonan sebagaimana mereka tugas di wilayah. Juga akan ada pelatihan mengemudi di dalam hutan dengan topografi yang berbukit dan lembah.
Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga meninjau kesiap-siagakan TN Alas Purwo dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan. Mengingat saat ini el nino terjadi di wilayah Indonesia sehingga kemarau cukup panjang dan curah hujan berkurang. Dirjen Gakum LHK mengapresiasi TN Alas Purwo yang dapat berkolaborasi dengan stakeholder terkait dalam mencegah terjadinya tindak pidana kehutanan terutama mencegah kebakaran hutan. Dan ini perlu dilanjutkan dan ditingkatkan.
Sucipto – Polisi Kehutanan Muda
Balai Taman Nasional Alas Purwo