Semenanjung Sembulungan, 23 Juli 2024, kurang lebih 30 personel Balai Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) dikerahkan sebagai dukungan dalam menyukseskan tradisi Petik Laut Muncar yang setiap tahunnya diselenggarakan masyarakat Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Para petugas melaksanakan pengamanan labuh petik laut, patroli kawasan, sosialisasi/penyuluhan, dan pembersihan sampah di kawasan Resor Sembulungan, TNAP.
Petik Laut berarti memetik, mengambil, memungut, atau memperoleh hasil laut berupa ikan yang mampu menghidupi nelayan. Jadi, Petik Laut adalah sebuah upacara adat atau ritual yang dilakukan oleh para nelayan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan. Petik Laut Muncar diselenggarakan setiap tanggal 15 Muharam (Syuro) dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat di luar Kecamatan Muncar. Tercatat tradisi ini telah dilaksanakan sejak tahun 1901, namun sudah berlangsung jauh sebelumnya dan masih terpelihara hingga kini.
Inti dari prosesi Petik Laut adalah larung sesaji berupa perahu kecil (gitik). Diawali dengan pembuatan gitik yang berisi hasil bumi seperti sayur, buah, kepala kambing/sapi, dll. yang kemudian didoakan. Sebelum diarak menuju pelabuhan, kepala daerah memasang pancing emas pada lidah kambing/sapi, sebagai simbol permohonan nelayan agar diberi hasil laut yang melimpah. Gitik kemudian dilarung ke laut. Prosesi diakhiri dengan ziarah ke makam gandrung di Sembulungan yang dipercaya sebagai makam Sayyid Yusuf, orang yang pertama-tama membuka daerah Muncar. Di sini dipersembahkan sesaji dan tarian gandrung, kemudian ditutup dengan doa bersama.
Meskipun prosesi gandrung tidak dilakukan pada tahun ini, kurang lebih 1.458 masyarakat yang datang tetap antusias menyaksikan Tradisi Petik Laut.
Petik Laut bukan hanya sekedar budaya dan tradisi masyarakat Muncar, melainkan bentuk kearifan lokal yang sarat akan nilai penting kehidupan. Selain mengajak untuk menjaga kelestarian laut, tradisi ini juga mengajarkan tentang nilai gotong royong, sosial, estetika, dan religi.
Mari “nguri-nguri kabudayan”, saling menghormati & bersinergi.