Babi kutil (Sus verrucosus) dikenal sebagai babi terjelek di dunia. Sesuai namanya, babi ini memiliki daging keras yang menonjol seperti kutil di mukanya. Ada tiga pasang kutil yang membuat tampilan wajah babi ini menjadi tidak biasa. Sekilas, bagi orang awam, babi ini mirip dengan babi hutan (Sus scrofa). Namun jika dicermati, selain memiliki kutil, babi ini juga memiliki bulu memanjang atau surai mulai dari leher hingga pangkal tulang ekor.
Babi kutil merupakan satwa endemik Pulau Jawa. Menurut Semiadi dan Meijaard (2006), pada tahun 1982, jenis ini masih tersebar luas di Pulau Jawa, akan tetapi menurut catatan IUCN di situs www.iucnredlist.org (diakses pada tanggal 14 Maret 2019) hanya terdapat 17 kantong habitat di Pulau Jawa dan populasinya terus menurun hingga lebih dari 50% selama 3 generasi terakhir (sekitar 18 tahun). Hal tersebut menjadi salah satu dasar mengapa IUCN memasukkan babi kutil ke dalam kategori “Endangered” atau terancam kepunahan.
Belum banyak studi atau riset terkait babi kutil. Hasil studi terbaru yang dilakukan Millyanawati, Wahyudi, Sutiadi, dan Traeholt (2019) menyebutkan bahwa jenis ini ditemukan di Madiun, Probolinggo, Bojonegoro, Mojokerto, Gresik, Tuban, Pulau Nusa Barung dan Taman Nasional Alas Purwo, sedangkan untuk lokasi penyebarannya di Taman Nasional Alas Purwo sendiri hingga saat ini masih belum diketahui secara lengkap. Informasi yang dimiliki barulah berupa bukti foto dan hasil kamera jebak keberadaan babi kutil di lokasi Rowobendo dan Jatipapak.
Babi kutil termasuk hewan omnivora, walaupun lebih sering terlihat memakan biji-bijian, akar, kulit kayu, umbi-umbian, dan daun. Babi ini sering dijumpai di kawasan tegakan jati, kawasan hutan tanaman lainnya, hutan sekunder, sekitar pantai dan sekitar lahan garapan masyarakat yang berbatasan dengan kawasan hutan. Blouch (1993) menyatakan bahwa babi kutil dapat ditemukan pada tempat dengan ketinggian kurang dari 800 m. Menurutnya, hal tersebut mungkin ada kaitannya dengan ketidakmampuan babi kutil untuk mentolerir suhu rendah.
Sama seperti babi hutan (Sus scrofa), babi kutil sering menjadi target perburuan, entah karena alasan hobi, ekonomi, atau dianggap sebagai hama. Selain itu habitat alami dari jenis ini pun telah banyak terganggu dan hilang. Akibatnya populasinya terus menurun, sebagaimana hasil studi terbaru Millyanawati, Wahyudi, Sutiadi, dan Traeholt (2019) mengenai sebaran babi kutil di Jawa Timur.
IUCN memang telah mengkategorikan satwa ini ke dalam kategori “Endangered”, namun Pemerintah Indonesia masih belum memasukkan jenis ini ke dalam jenis satwa dilindungi, sehingga satwa ini belum banyak mendapat perhatian khusus dalam upaya konservasinya.
Taman Nasional Alas Purwo sebagai salah satu kantong habitat babi kutil dengan fungsi kawasan konservasinya, seyogyanya dapat terus melindungi keberadaan babi kutil agar tidak punah seperti di Pulau Madura. Oleh sebab itu, ayo dukung terus pelestarian kawasan Taman Nasional Alas Purwo ˗˗ rumah berbagai jenis satwa, termasuk si buruk rupa babi kutil.
#KLHK#Save Taman Nasional Alas Purwo
Penulis: Vera Tisnawati-Staf Balai TN Alas Purwo
Editor : Muhamad Wahyudi – Kepala Subbagian TU Balai TN Alas Purwo